KEBAKARAN SEBAGAI AZAB BAGI
ORANG YANG BAKHIL
MATERI KHUTBAH JUM’AT
di Masjid Nur-Akhiriyah, Kecamatan Binjai Timur, Binjai
Jum’at, 23 Oktober 2015
Oleh: Prof. Dr. Ir. H. Abdul Rauf, MP
KEBAKARAN terjadi di mana-mana, belum padam di Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, dan hampir seluruh Kalimantan dan Papua, sudah
menyusul di Padang Sumbar, Gunung Lawu. dan Gunung Semeru.
Asap menyelimuti hamper seluruh wilayah di Indonesia
hingga sampai ke Thailand, Filipina dan Australia.
Kemenlu Australia menyatakan kebakaran hutan di Indonesia
sulit diatasi/dipadamkan.
Apakah sederetan peristiwa kebakaran ini sesuatu yang
biasa? Hanya karena perstiwa alam akibat ulah manusia yang tidak bertanggung
jawab? Wallahu’alam…!!
Namun sebagai insan yang beriman, kita patut interopeksi
diri.
Kebakaran erat kaitannya dengan sifat bakhil (kikir dan
riya) dari manusia karena gelimang harta benda dan engkar untuk membelanjakan
harta benda itu di jalan Allah (tidak mengeluarkan zakat dan ogah untuk
bersedekah).
Saat ini nyaris tak terdengar orang yang berzakat harta,
zakat perniagaan, zakat hasil panen pertanian, zakat ternak, zakat simpanan
emas, dan lain-lain.
Orang selalu berdalih kalau zakat hasil KELAPA SAWIT
tidak ada di atur dalam ilmu Fiqh sehingga hasil panennya tidak perlu
diizakati. Padahal hokum dasrnya ada, yaitu zakat biji-bijian, zakat kurma dll.
Itulah mungkin yang menyebabkan terjadinya kebakaran
dimana-mana yang sulit dipadamkan meskipun semua kekuatan dan teknologi canggih
sudah dikerahkan.
Allah SWT memperingatkan kita dalam al-Qur’an Surrah
Al-Baqoroh, 266:
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang
ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, Kemudian datanglah masa
tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka
kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya” (QS. Al-Baqoroh, 266).
Para ahli tafsir menelaah ayat 266 surrah Al-Baqoroh ini
sebagai perumpamaan orang yang bakhil menafkahkan hartanya karena alasan untuk
diwariskan kepada anak cucunya, ia takut keturunannya terlantar, dia tidak
yakin bahwa setiap orang sudah diatur Allah SWT akan masa depan hidupnya,
termasuk rezekinya, jika dia selalu berusaha dan berdoa dalam kebaikan.
Padahal harta benda yang dinafkahkan di jalan Allah akan
terpelihara dari kebakaran, kebanjiran, dan kecurian.
Hadits Qudsi Riwayat Baihaqi:
“Wahai bani Adam!
Pindahkanlah simpanan duniamu kepada simpanan disisi-Ku, dan janganlah habis
karena kebakaran, kebanjiran, dan bukan pula habis karena kecurian. Aku akan
memberikannya kembali (tunai) kepada mu, bilamana engkau sangat membutuhkannya (HQR. Baihaqi).
Memindahkan simpanan dunia kita kepada simpanan di sisi
Allah SWT bermakna menafkahkan harta di jalan Allah SWT dengan selalu berzakat,
berqurban, bersedekah, berinfak dan berjihad di jalan Allah SWT.
Harta benda yang ditumpuk, disimpan dan tidak pernah
disedekahkan selama hidup di dunia ini, di akhirat kelak akan menjadi api
pembakar dirinya di dalam neraka.
Al-Qur’an Surrah At-Taubah, ayat 35 secara gambling
mengisyaratkan:
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam
neraka Jahannam, lalu dibakar dengan-nya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri (selama di dunia), Maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu" (QS.
At-Taubah, 35).
Kebakaran yang bertubi-tubi sebagai pertanda azab Allah
SWT kepada manusia.
Keadaan ini sudah pernah terjadi pada zaman nabi Luth
as, sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an surrah Huud ayat 82:
“Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan
negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, (QS. Huud, 82).
Akankah kebakaran yang bertubi-tubi terjadi di negeri kita
ini sebagai pertanda azab menuju kemusnahan negeri ini atau kemusnahan bumi
ini? Apakah saat ini sudah akhir zaman? Wallahu’alam..!!
Guna menjawab sederatan pertanyaan itu, mari kita
renungkan hadits Rasulullah SAW berikut ini:
“Pada akhir zaman
kelak akan dicabut Allah SWT 4 perkara: pertama, akan dicabut Allah perasaan
kasih sayang dari setiap hati manusia; kedua, akan dicabut Allah keberkahan
dari permukaan bumi; ketiga, akan dicabut Allah keadilan dari para hakim; dan
keempat akan dicabut Allah rasa malu dari para wanita” (HR. Mutafaqun-alaih).
Demikian, semoga bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar