Jumat, 18 April 2014

Hikmah Dan Doa di Balik Bencana


HIKMAH DAN DOA DIBALIK BENCANA ALAM

Khutbah/Tausiah Dihadapan Pengungsi Letusan Gunung Sinabung  
di
Masjid Nurul Awwalin Desa Payung Kecamatan Payung Kabupaten Karo
Jum’at, 22 November 2013

Oleh: Prof.Dr.Ir. Abdul Rauf, MP

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bencana alam datang dari masa ke masa:
Umat Nabi Nuh ditenggalamkan dengan air bah.
Umat Nabi Luth (Kaum Sodom) dibinasakan dengan batu ‘api neraka’ dan buminya dibalik (bagian atas ke bawah)
Fir’aun dan pengikutnya (pada zaman Nabi Musa) dibinasakan dalam laut merah
Umat Nabi Hud (Kaum ‘Ad) dibinasakan dengan angin topan
Umat Nabi Shaleh (Kaum Tsamud) dibinasakan dengan petir

Bencana/musibah merupakan cobaan, dan bagi orang yang sabar akan mendapat keberkatan yang sempurna [QS. Al-Baqarah (2): 155-157]:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk [QS. Al-Baqarah (2): 155-157].
Bencana merupakan tanda kebesaran Allah untuk menakuti hambanya agar bertakwa:
 “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu..”  [QS. Al-Israa’ (17): 59].
Ayat ini diakhiri dengan:
…dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti” [QS. Al-Israa’ (17): 59].
 “Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hambaNya dengan adzab itu. Maka bertaqwalah kepada-Ku hai hamba-hambaKu.” [QS. Az-Zumar (39): 16].
Bencana alam merupakan ayat (tanda) mutasyabihat (hanya Allah yang tahu makna hakikinya) bagi orang yang berilmu dan berakal, guna mendapatkan pelajaran:
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat (tanda-tanda) mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [QS. Ali Imran (3): 7].
Tanda-tanda (ayat-ayat) Allah yang dibaca, baik yang tersurat (al-Qur’an & al-Hadits), maupun yang tersirat (seperti bencana erupsi Gunung Sinabung) ini seharusnya menebalkan Iman dan tawakkal kita kepadaNya:
 “…dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya (tanda-tanda KebesaranNya), bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” [QS. Al-Anfal (8): 02].
Bencana atau musibah sebenarnya disebabkan oleh kita sendiri. Sebagian manusia berbuat maksiat/kekejian Allah menurunkan bencana, tetapi orang yang sholeh diampuni Allah SWT (QS-An-Nisa, 79 dan As-Syuro, 30):
 “Apa saja ni’mat yang pernah kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” [QS. An-Nisa’ (4): 79].
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [QS. As-Syuro (42): 30].
Rasulullah bersabda:
Jika kemaksiatan telah melanda umatku, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka.” Ummu Salamah bertanya, “Bukankah didalamnya terdapat orang orang saleh?” Rasulullah menjawab, “Benar,” Ummu Salamah bertanya lagi, “lalu apa yang terjadi pada mereka?” Rasulullah menjawab, “mereka mengalami apa yang dialami orang lain, lalu mereka mendapatkan pengampunan dan Ridho dari Allah” (HR. Ahmad).
Baenca/musibah yang terjadi akan menimpa semua orang, baik yang engkar, maupun yang sholeh,akan mendapatkan pengampunan dan petunjuk:
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu [QS. At-Taghaabun (64): 11].
Bencana juga merupakan salah satu cara Allah mencabut nyawa manusia sebagai cobaan dan sekaligus balasan kebaikan dan keburukan (QS Al-Anbiyaa, 35 dan QS Ali Imran, 145):
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" [QS. Al Anbiyaa' (21): 35].
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur[QS.Ali 'Imran (3): 145].
Bencana merupakan cara Allah memudharatkan bagi orang munafiq, sekaligus memuliakan bagi orang yang sholeh:
 Dan jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Menguasai atas segala sesuatu [QS. An'aam (6): 17].
"dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah" [QS. Al 'Ankabuut (29): 22].
 Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? [QS. At-Taubah (9): 126].
 Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri [QS. Al Ankabuut (29): 40].
Rasulullah bersabda:
Pada umat ini akan terjadi (di akhir zaman) penenggelaman bumi, hujan batu, dan pengubahan rupa. Ada seorang dari sahabat yang bertanya, kapankah peristiwa itu akan terjadi ya Rasulullah? Beliau menjawab, “Apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamar telah dianggap halal (HR. Tirmidzi).
Begitulah, meskipun bencana datang silih berganti, masih tetap saja banyak orang tetap engkar kepada Allah, tidak mau tunduk kepada Allah SWT:
 “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” [QS. Al-An’am (6): 43].
 “Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan adzab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepadaNya) dengan merendahkan diri.” [QS. Al-Mu’minuun: (23): 76].

Bencana yang datang bertubi-tubi pertanda akhir zaman (hari kiamat):
Rasulullah Bersabda:
“Menjelang terjadinya Kiamat akan terjadi pengubahan rupa, penenggelaman bumi, dan hujan batu” (HR. Ibnu Majah).

Proses Menjelang Terjadinya Kiamat:
Rasulullah Bersabda:
Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal ada tempo waktu tiga tahun yang sangat sulit, dimana pada waktu itu manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Kemudian Allah memerintahkan kepada langit pada tahun kedua agar menahan 2/3 dari hujannya dan memerintahkan bumi untuk menahan 2/3 dari tanam tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, lalu ia tidak meneteskan setitik airpun dan memerintahkan bumi agar menahan seluruh tanamannya, maka setelah itu tidak tumbuh satu tanaman hijaupun dan semua binatang berkuku akan mati kecuali yang tidak dikehendaki Allah. Para sahabat bertanya, ”Dengan apa manusia akan hidup pada saat itu ya Rasulullah?” Beliau SAW menjawab, ”Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan (HR. Ibnu Majah).
“Tidak akan tiba hari kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu (HR. Ahmad).

Doa Bagi Korban Bencana:
Ya Allah... Yang Maha Melindungi; jauhkanlah kami dari kesulitan, bencana alam, wabah penyakit, perbuatan keji dan mungkar, pemecahbelahan, penindasan dan sisksaan, baik yang nampak maupun yang tersembunyi dari negeri kami pada khususnya dan negeri kaum muslimin pada umumnya. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah... Yang Maha Pengampun; kami mohon kepadaMu ampunan dan keselamatan dalam urusan agama kami dan dunia kami, keluarga kami dan harta kami.
Ya Allah... tutupilah kami dari segala yang memalukan, dan tenteramkanlah kami dari rasa takut.
Ya Allah... peliharalah kami dari bencana yang datang dari depan kami dan dari belakang kami, dari arah kanan dan kiri kami; dan kami berlindung kepada keagunganMu dari ancaman yang datang dari arah bawah kami.
Ya Allah... kami berlindung kepadaMu dari kegelisahan dan duka cita akibat bencana; dan kami berlindung kepadaMu dari kelemahan dan keputus-asaan akibat cobaanMu ini.
Ya Allah... kami berlindung kepadaMu dari kembali kepada kehidupan yang terhina, oleh karena itu, perbaikilah ya Allah, untuk kami agama kami, lapangkanlah bagi kami tempat kediaman kami, dan berkaihilah untuk kami rezeki yang Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah... kami berlindung kepadaMu dari kekerasan hati, dari kelalaian, dari kehinaan, dan dari kemiskinan; dan kami berlindung kepadaMu dari kekufuran, kefasikan, dan perpecahan.
Ya Allah... kami berlindung kepadaMu dari lenyapnya nikmat yang Engkau karuniakan, berobahnya kesehatan yang Engkau anugerahkan, kejutan bencana dariMu, dan kami berlindung kepadaMu dari segala bentuk amarahMu.
Ya Allah... yang Maha Memuliakan hamba-hambanya, janganlah Engkau hinakan kami dengan kebodohan, dengan bencana kelaparan dan bencana alam yang di luar kemampuan kami. Hindarkanlah kami ya Allah... dari berbuat kesalahan dan apalagi kezoliman dalam menjalani hidup kami ini, lindungilah kami, dan kabulkanlah segala harap dan do’a serta pinta kami…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar