REHABILITASI LAHAN KERING KRITIS
UNTUK BUDIDAYA GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) DI KABUPATEN
PAKPAK BHARAT
Oleh:
Abdul Rauf1) dan Rahmawaty2)
1)Staf Pengajar
PS.Agroekoteknologi, dan 2)Staf Pengajar PS.Kehutanan Fakultas
Pertanian USU
ABSTRAK
Kajian untuk
mengevaluasi pertumbuhan dan produksi tanaman gambir yang dibudidayakan di
lahan kering kritis bervegetasi alang-alang di Kebun Inti Gambir Kabupaten
Pakpak Bharat telah dilakukan pada Januari hingga Oktober 2013. Kajian dengan
metoda deskriptif ini dimaksudkan untuk mengevaluasi sejauhmana perkembangan
pertumbuhan tanaman gambir di lokasi kajian hubungannya dengan status hara dan
sifat kimia tanah lainnya pada tiga unit lahan, yaitu bagian puncak bukit,
bagian punggung lereng dan bagian lembah/bawah lereng. Contoh tanah
masing-masing diambil sebanyak 12 titik yang dikompositkan menjadi 4 kelompok
(sebagai ulangan) dengan kedalaman pengambilan 0-20 cm dan 40-60 cm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik tanahnya sedang hingga tinggi
dengan ratio C/N yang rendah hingga sedang sehingga tidak/belum perlu dilakukan
pemberian pupuk organik (kompos/pupuk kandang). Pemberian kapur untuk
meningkatkan pH tanah belum/tidak perlu dilakukan karena pH tanahnya masih
sesuai bagi pertumbuhan dan produksi gambir. Pemberian pupuk N dan K cukup
setengah atau sepertiga dosis karena kadar hara N tanah tergolong sedang pada
tanah lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah dan K yang dapat dipertukarkan
yang tergolong sedang sampai tinggi pada lapisan atas dan rendah pada lapisan
bawah. Pemupukan P dan pemberian pupuk yang mengandung Ca dan Mg mutlak
diperlukan karena kadar P-tersedia dan bahkan P-total serta kadar Ca dan Mg
dapat dipertukarkan terolong sangat rendah. Pertumbuhan tanaman gambir lebih
baik pada lahan bagian puncak dan lereng bukit dibandingkan dengan tanaman
gambir yang ditanam pada bagian dasar lereng/lembah.
Kata kunci: Lahan kering
kritis, Gambir, unsur hara dan sifat kimia tanah
PENDAHULUAN
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas tanaman industri
yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta prospek yang baik bagi petani maupun
pemasok devisa negara. Di Indonesia, gambir hingga dekade sebelum ini umum
digunakan sebagai komponen untuk menyirih, yang dalam perkembangannya, gambir telah
banyak pula digunakan untuk campuran obat, seperti luka bakar, sakit kepala,
diare, disentri, kumur-kumur, sariawan, sakit kulit (dibalurkan), membantu
kelancaran proses pencernaan di lambung dan usus, penyamak kulit dan bahan pewarna
tekstil. Saat ini, gambir telah dikembangkan penggunaannya sebagai bahan baku
utama perekat kayu lapis dan papan partikel, selain telah pula dibuat sebagai
bahan teh celup dan minuman segar, seperti jus Birnas (campuran Gambir dan
Nenas), dan lain-lain.
Daerah penghasil utama Gambir di Indonesia adalah
Sumatera Bagian Tengah dan Selatan, dan umumnya dikenal berasal dari Sumatera
Barat, terutama dari Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Gambir
umumnya dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan
laut dengan topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam
sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya
biasanya semi intensif, jarang diberi pupuk, tetapi pembersihan dan pemangkasan
tetap dilakukan.
Di daerah-daerah sentra
produksi gambir, penanaman pada umumnya dilakukan pada lahan yang bergelombang
sampai berbukit dengan pengelolaan yang sangat sederhana. Penampilan tanaman
pada suatu hamparan yang tidak seragam, ada yang sudah berumur lanjut sekitar
50 tahun dan ada pula yang baru ditanam, serta morfologi tanaman yang berbentuk
perdu dan sedikit merambat dengan tegakan permanen, karena hanya bagian pucuk
yang dipanen, gambir dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi. Dengan
jarak dan barisan tanam yang diatur sedemikian rupa dan mengikuti garis kontur
dapat berperan sebagai pengendalian erosi dan limpasan permukaan yang pada
gilirannya dapat berperan sebagai tanaman rehabilitasi.
Selain di Propinsi Sumatera Barat,
gambir juga banyak dikembangkan di Sumatera Utara. Daerah penanaman/penghasil
gambir di Sumatera Utara adalah Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Deli
Serdang dan Kabupaten Pakpak Bharat. Di Kabupaten Pakpak Bharat gambir merupakan
salah satu komoditi unggulan disamping nilam, kopi dan kemenyan. Gambir di
Kabupaten Pakpak Bharat sebagian besar atau bahkan hampir seluruhnya
dikembangkan di lahan perbukitan dan lahan miring. Luas lahan perkebunan gambir
di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2009, yang seluruhnya merupakan
perkebunan rakyat, mencapai 700 hektar dengan produksi mencapai 400 ton per
tahun.
Mulai Juli 2012 Pemerintah Kabupaten
Pakpak Bharat telah membuka Perkebunan Inti Gambir seluas 100 hektar yang
penanamannya dimulai Desember 2012 hingga Januari 2013, berlokasi di Desa Penanggalan
Mbinangaboang Kecamatan Salak. Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat yang
dipersiapkan menjadi salah satu Perusahaan Daerah di Kabupaten Pakpak Bharat,
dibuka pada areal yang kritis (lahan terlantar) dengan vegetasi sebelumnya
didominasi oleh alang-alang, dimaksudkan juga sebagai model usaha tani
perkebunan untuk menjadi percontohan, baik dalam upaya merehabilitasi lahan
kritis maupun dalam memodernisasi teknik budidaya dan pengelolaan pasca panen
hingga ke industri hilir nantinya.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
dilakukan dengan cara deskriptif dengan pengamatan terhadap status hara dan
sifat kimia tanah lainnya serta pertumbuhan tanaman gambir yang ditanam secara
serentak di Kebun Inti Gambir UPT Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak
Bharat di Desa Penanggalan Mbinangaboang Kecamatan Salak, sejak Januari 2013
sampai dengan Desember 2013.
Lahan
yang digunakan berupa lahan kering kritis seluas 100 hektar yang didominasi
oleh vegetasi alang-alang (Imperata
cylindrica) (Gambar 1) yang diolah minimum (minimum tillage) menggunakan traktor dan selanjutnya bibit ditanam
dengan jarak tanam 2 x 2,5 meter dengan barisan tanaman sejajar kontur.
Perawatan tanaman pada 3 bulan pertama sejak tanam dengan cara membersihkan
gulma di sekitar pangkal batang melingkar membentuk piringan berjarak sekitar
15-20 cm dari pangkal batang. Setelah tanaman berusia 4 bulan dan seterusnya gulma
di pangkal batang dan lahan sela dikendalikan dengan cara membabat menggunakan
mesin babat dan membiarkan sisa tanaman (gulma) tetap berada di permukaan tanah
menutupi tunggul gulma itu sendiri yang kemudian berfungsi sebagai mulsa. Pada
tahap ini bagian pangkal batang tidak buat piringan lagi (dibersihkan) secara
morfologi perkembangan akar rambut dari gambir menyebar di daerah permukaan di
sekitar pangkal batang tersebut. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
majemuk NPK (15:15:15) dan KCl dengan dosis masing-masing 100 gram dan 25 gram
per pohon yang diaplikasikan satu hari setelah tanam. Kapur diberikan sebagai bahan
amelioran yang diaplikasikan ke dalam lubang tanam (satu minggu sebelum
penanaman) sebanyak 1 kg per lubang.
Evaluasi
kesubran tanah melalui pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan pertama
penanaman (Januari 2013). Sampel tanah yang diambil pada kedalaman 0-20 cm dan
40-60 cm untuk pengambilan bulan pertama (Januari) masing-masing diambil 12
titik pada bagian puncak bukit, 12 titik pada bagian lereng, dan 12 titik pada
bagian bawah (lembah) lahan. Dari 12 titik pengambilan ini dikomposit menjadi 4
sampel tanah (sebagai ulangan) yang berarti setiap ulangan merupakan komposit
dari 3 titik pengambilan.
Pengamatan
dilakukan terhadap unsur hara tanah N, P, K, Ca, Mg, dan Na serta sifat kimia
tanah lainnya yang terdiri dari C-organik, ratio C/N, Kejenuhan Basa (KB),
Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH dan kejenuhan Al. Pengamatan terhadap tanaman
dilakukan terhadap tinggi tanaman dan menghitung jumlah cabang (pucuk) yang
terbentuk sebagai gambaran produktivitas karena produksi tanaman gambir dengan
memetik (memanen) bagian pucuknya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Evaluasi
Tingkat Kesuburan Tanah
Rataan
hasil analisis hara dan sifat-sifat kimia contoh tanah dari lokasi kajian, pada
pengambilan pertama (Januari 2013) disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Dari
Tabel 1 dapat diketahui bahwa rataan pH tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten
Pakpak Bharat berkisar antara 5,12-5,53 di tanah lapisan atas dan 5,44-5,78 di
tanah lapisan bawah. Kisaran pH tanah tanah seperti ini sudah sesuai bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman gambir sebagaimana disebutkan di dalam SOP
Gambir yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian
(2012).
Kadar
Aluminium dapat dipertukarkan (Al-dd) pada tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten
Pakpak Bharat, tergolong rendah hingga sedang pada tanah lapisan atas dan
sangat rendah pada tanah lapisan bawah (Tabel 1), yang berarti kelarutan Al ini
berada pada tingkat yang tidak membahayakan (bukan penyebab toksik/penghambat)
bagi pertumbuhan dan produksi tanaman gambir.
Tabel 1. Rataan
hasil analisis sifat kimia dan hara N dan P tanah Kebun Inti Gambir Kabupaten
Pakpak Bharat pada pengamatan pertama
Posisi
dan Lapisan
|
Parameter
|
|||||||
pH
|
Kej.Al
(%)
|
C-org.
(%)
|
N-total
(%)
|
Ratio
C/N
|
P-total
(%)
|
P-av.
(ppm)
|
||
Puncak
|
0-20
cm
|
5.53 (M)
|
10.87 (S)
|
2.86
(S)
|
0.25
(S)
|
11.84 (S)
|
0.014 (SR)
|
4.36 (SR)
|
40-60
cm
|
5.44 (M)
|
1.9 (SR)
|
2.17
(S)
|
0.15 (R)
|
14.44 (S)
|
0.012 (SR)
|
4.43
(SR)
|
|
Lereng
|
0-20
cm
|
5.12 (M)
|
9.23 (R)
|
2.89
(S)
|
0.38
(S)
|
7.41 (R)
|
0.014 (SR)
|
4.34 (SR)
|
40-60
cm
|
5.50 (M)
|
0.7 (SR)
|
2.18
(S)
|
0.16
(R)
|
13.78 (S)
|
0.013
(SR)
|
4.42
(SR)
|
|
Lembah
|
0-20
cm
|
5.44 (M)
|
9.26 (R)
|
3.19 (T)
|
0.28
(S)
|
9.42 (R)
|
0.023 (SR)
|
4.38 (SR)
|
40-60
cm
|
5.78
(AM)
|
1.3 (SR)
|
2.25
(S)
|
0.17
(R)
|
13.96 (S)
|
0.013
(SR)
|
4.45
(SR)
|
Keterangan: M =Masam; AM =Agak Masam; SR = Sangat
Rendah; S = Sedang; R = Rendah; (kriteria berdasarkan penilaian sifat tanah
Balai Penelitian Tanah Bogor, 2005).
Dari
Tabel 1 dapat pula diketahui bahwa kadar bahan organik tanah di Kebun Inti
Gambir Kabupaten Pakpak Bharat tergolong sedang hingga tinggi yang berarti
cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman gambir sehingga
pemberian pupuk organik/pupuk kandang untuk sementara ini tidak/belum perlu
dilakukan. Nilai rasio C/N yang rendah hingga sedang menggambarkan bahwa
mineralisasi bahan organik tanah (pembentukan humus) di Kebun Inti Gambir
Kabupaten Pakpak Bharat ini sudah cukup baik.
Tabel 2. Rataan
hasil analisis basa-basa tukar dan KTK tanah Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak
Bharat pada pengamatan pertama
Posisi
dan Lapisan
|
Parameter
|
||||||
K-dd
(me/100g)
|
Na
(mg/100g)
|
Ca-dd
(mg/100g)
|
Mg-dd
(mg/100g)
|
KTK
(mg/100g)
|
Kej.Basa
(%)
|
||
Puncak
|
0-20
cm
|
0.477
(S)
|
0.407
(S)
|
0.571 (SR)
|
0.183 (SR)
|
18.08
(S)
|
9.12 (SR)
|
40-60
cm
|
0.150 (R)
|
0.094 (SR)
|
0.645 (SR)
|
0.088 (SR)
|
12.33 (R)
|
8.09 (SR)
|
|
Lereng
|
0-20
cm
|
0.520
(T)
|
0.391 (R)
|
0.584 (SR)
|
0.223 (SR)
|
23.20
(S)
|
7.60 (SR)
|
40-60
cm
|
0.112 (R)
|
0.277 (R)
|
0.554 (SR)
|
0.080 (SR)
|
13.48 (R)
|
7.74 (SR)
|
|
Lembah
|
0-20
cm
|
0.292 (R)
|
0.243 (R)
|
0.432 (SR)
|
0.135 (SR)
|
19.15 ((S)
|
6.073 (SR)
|
40-60
cm
|
0.101 (R)
|
0.166 (R)
|
0.506 (SR)
|
0.071 (SR)
|
13.70 (R)
|
6.34 (SR)
|
Keterangan: S = Sedang; T = Tinggi; R =
Rendah; SR = Sangat Rendah (kriteria berdasarkan penilaian sifat tanah Balai
Penelitian Tanah Bogor, 2005).
Demikian
halnya dengan kadar nitrogen (N) yang tergolong sedang pada tanah lapisan atas
dan rendah pada tanah lapisan bawah menggambarkan bahwa pemberian pupuk N (Urea
atau ZA) cukup diberikan setengah dosis dari kebutuhan tanaman gambir atau
bahkan bisa tidak dipupuk N secara tunggal (lebih baik berupa pupuk majemuk),
paling tidak pada stadia tanaman belum menghasilkan.
Kadar
hara P, baik P-total maupun P-tersedia tergolong sangat rendah, baik di lapisan
atas maupun di lapisan bawah (Tabel 1). Hal ini menggambarkan bahwa pemupukan
fosfat (P) sangat diperlukan untuk budidaya tanaman gambir di Kebun Inti
Tanaman Gambir Kabupaten Pakpak Bharat ini.
Pemberian
pupuk P ini harus optimal sesuai kebutuhan tanaman gambir jika menginginkan
hasil yang baik. Pemberian pupuk SP36 sebanyak 60 gram per pohon per semester
untuk tahun pertama dan 70 gram per pohon per tahun utuk tahun ke dua dan
seterusnya sudah cukup baik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman
gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat.
Dari
Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar basa-basa tukar (K, Na, Ca, dan Mg) pada
tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat bervariasi dari rendah,
sedang hingga tinggi untuk K di tanah lapisan atas, rendah hingga sangat rendah
untuk Na, dan sangat rendah untuk Ca dan Mg. Sedangkan pada tanah lapisan bawah
semua kadar basa-basa tukar ini tergolong rendah hingga sangat rendah.
Berdasarkan kadar basa-basa tukar ini, maka pemupukan untuk memenuhi kadar basa
tukar, tersebut, terutama Ca dan Mg yang juga merupakan unsur hara makro, maka
dapat digunakan Dolomit dengan dosis optimumnya, sekitar 300-400 kg per hektar
per tahun. Pemberian dolomit ini sekaligus dapat meningkatkan Kejenuhan Basa
tanah yang tergolong sangat rendah, baik di tanah lapisan atas maupun di tanah
lapisan bawahnya. KTK tanah yang tergolong sedang di lapisan atas menggambarkan
tanah memiliki tanggap (respon) yang baik terhadap pemupukan yang mengandung
bahan-bahan dari golongan senyawa basa (kation).
Sementara
untuk memenuhi kebutuhan Kaliaum (K) tanaman gambir di Kebun Inti Gambir
Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan dengan pemberian pupuk KCl (MOP)
sebanyak 3 gram per pohon per semester pada tahun pertama dan 5 gram per pohon
per tahun pada tahun kedua dan seterusnya sudah cukup baik dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi gambir optimal di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak
Bharat.
2.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman Gambir
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat sangat baik, dapat dilihat
dari perkembangan pertumbuhan tanaman tersebut pada selang waktu 4-5 bulan, meskipun hingga pengamatan bulan Oktober
2013 masih terdapat tanaman dengan pertumbuhan yang belum seragam. Pertumbuhan tanaman gambir di lokasi ini dapat
diklassifikasikan ke dalam kelompok tanaman jagur/tumbuh subur, tanaman dengan
pertumbuhan sedang, dan tanaman yang pertumbuhannya kurang/tidak subur, yang
dapat dilihat dari indikator tinggi tanaman dan jumlah cabang, sebagaimana
disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Dari
Tabel 3 dapat diketahui bahwa tinggi tanaman rata-rata tertinggi didapat pada
tanaman yang berada di bagian puncak bukit, diikuti kemudian di bagian lereng
dan terendah pada tanaman yang tumbuh di bagian lembah/bawah lereng.
Tabel
3. Rataan tinggi tanaman gambir (cm) di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak
Bharat pada pengamatan tanggal 18 Juni 2013
Tingkat Pertumbuhan Tanaman
|
Posisi Lahan
|
Rataan
|
||
Puncak
|
Lereng
|
Lembah
|
||
Tanaman Jagur/Subur
|
73,05
|
70,80
|
62,85
|
68,90
|
Tanaman Sedang
|
44,00
|
48,10
|
45,10
|
45,73
|
Tanaman Tidak Jagur
|
30,90
|
28,90
|
28,45
|
29,42
|
Rataan
|
49,32
|
49,27
|
45,47
|
48,02
|
Pertumbuhan
tanaman yang cukup mencolok perbedaannya (lebih dari 2,3 kali untuk tinggi
tanaman dan lebih dari 3 kali untuk jumlah cabang) antara tanaman yang jagur
dengan tanaman yang tidak jagur (Tabel 3 dan Tabel 4), menggambarkan
pertumbuhan tanaman gambir di lokasi kajian tidak seragam akibat perbedaan
tingkat kesuburan tanah, terutama kesuburan fisik tanahnya (kegemburan dan
kelembaban).
Tabel
4. Rataan jumlah cabang tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak
Bharat pada pengamatan tanggal 18 Juni 2013
Tingkat Pertumbuhan Tanaman
|
Posisi Lahan
|
Rataan
|
||
Puncak
|
Lereng
|
Lembah
|
||
Tanaman Jagur/Subur
|
7,43
|
7,50
|
6,20
|
7,04
|
Tanaman Sedang
|
6,30
|
4,27
|
3,30
|
4,62
|
Tanaman Tidak Jagur
|
1,83
|
1,97
|
2,20
|
2,00
|
Rataan
|
5,19
|
4,58
|
3,90
|
4,56
|
Dari
Tabel 4 dapat diketahui bahwa rerata jumlah pucuk tanaman gambir di Kebun Inti
Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan Oktober 2013 berkisar antara
2,00 cabang (pada tanaman yang tumbuh kurang/tidak subur/jagur) hingga 7,04
cabang (pada tanaman yang tumbuh jagur/subur). Sementara tanaman yang tumbuh di
bagian puncak lereng memiliki rerata jumlah cabang yang lebih banyak (5,19
cabang), dibandingkan pada lereng lahan (4,58 cabang) dan pada lahan
lembah/cekungan yang reratanya hanya 3,9 cabang.
Lebih
rendahnya pertumbuhan tanaman gambir pada bagian bawah lereng, baik tinggi
tanamn maupun jumlah cabang (Tabel 3 dan 4), membuktikan bahwa pohon gambir
lebih menghendaki tanah dengan kondisi kegemburan yang tinggi dibandingkan pada
tanah dengan kegemburan rendah disertai kelembaban tanah yang tinggi. Seperti
diketahui bahwa pada lahan puncak dan punggung lereng, tanahnya lebih gembur
karena fraksi halus (liat dan bahan organik) dari tanahnya tererosi ke lapisan
bawah/lembah (proses selektifitas erosi) yang menyebabkan tanah di bagian
puncak dan lereng tersebut menjadi lebih gembur, dan taanah di di bagian
lembah/bawah lereng menjadi lebih padat.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemupukan
organik (kompos atau pupuk kandang) belum perlu dilakukan pada budidaya Gambir
di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat karena kadar C-organik tanahnya
yang sedang hingga tinggi dengan ratio C/N yang rendah hingga sedang
(mineralisasi cukup baik).
2. Pemberian
kapur untuk meningkatkan pH tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat
belum/tidak perlu dilakukan pada tahun pertama karena pH tanahnya masih sesuai
bagi pertumbuhan dan produksi gambir.
3. Pemberian
pupuk N dan K pada tanaman gambir di Kebun Inti Tanaman Gambir Kabupaten Pakpak
Bharat dapat dikurangi setengah atau sepertiga dosis karena kadar hara N yang
tergolong sedang pada tanah lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah dan K
yang dapat dipertukarkan yang tergolong sedang sampai tinggi pada lapisan atas
dan rendah pada lapisan bawah.
4. Pemupukan
P dan pemberian pupuk yang mengandung Ca dan Mg mutlak diperlukan karena kadar
P-tersedia (dan bahkan P-total) dan kadar Ca dan Mg dapat dipertukarkan
terolong sangat rendah.
5. Pertumbuhan
tanaman gambir lebih baik pada lahan bagian puncak dan lereng bukit
dibandingkan dengan tanaman gambir yang ditanam pada bagian dasar
lereng/lembah.
Saran
1. Guna
mempertahankan kadar bahan organik dan pH tanah yang menjadi faktor kunci dalam
budidaya tanaman, termasuk tanaman gambir ini, maka budidaya gambir dengan
menerapkan teknik konservasi tanah dan air mutlak diperlukan. Tindakan
koservasi tanah dan air ini juga untuk mencegah/mengendalikan erosi karena
tanaman gambir yang tumbuh di bagian bawah lereng/lembah kurang baik akibat
sedimentasi yang tinggi dari erosi di lahan bagian atasnya. Penanaman sejajar
kontur dan pembersihan gulma dengan cara membabat menggunakan mesin babat
(tidak dikoret/dicabut) dan serasahnya dibiarkan sebagai mulsa di permukaan
tanah merupakan tindakan konservasi tanah dan air yang efektif di Kebun Inti
Gambir Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Pemupukan
N cukup dilakukan dengan pemberian pupuk majemuk sebanyak 5 gram per pohon per
semester pada tahun pertama penanaman dan 8-10 gram per pohon per tanaman pada
tahun kedua dan seterusnya.
3. Pemupukan
K dapat dilakukan dengan pemberian KCl (MOP) dengan dosis 3 gram per pohon per
semester pada tahun pertama dan 5 gram per pohon per tahun pada tahun kedua dan
seterusnya.
4. Pemupukan
P harus dilakukan dengan dosis optimum sebanyak sebanyak 60 gram per pohon per
semester untuk tahun pertama dan 70 gram per pohon per tahun utuk tahun ke dua
dan seterusnya.
5. Untuk
memenuhi kebutuhan Ca dan Mg serta meningkatkan kejenuhan basa tanah di Kebun
Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan pemupukan Dolomit dengan
dosis 300-400 kg per hektar per tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, H, E. 2011. Pengembangan
Agroindustri Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Litbang Pertanian Kementerian
Pertanian, 2012. S.O.P Gambir. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Balai Penelitian
Tanah, 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Bogor.
Dinas
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat, 2013. Petunjuk Pelaksanaan
dan Perawatan Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat Tahun Anggaran 2013.
Bahan Paparan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.
Isnawati, A. Raini, M. Sampurno, O, D.
Mutiatikum, Widowati, L. Gitawati, R. 2012. Karakteristik Tiga Jenis Gambir (Unaria gambir Roxb)dari Sumatera Barat. Buletin
Penelitian Kesehatan. Vol. 40, No. 4, 2012: 201 – 208.
Selamat Pagi Pak, Mohon Ijin Pak, Penelitian bapak kami masukkan ke website dinas pertanian dan Ketahanan Pangan. Terima Kasih
BalasHapus