Jumat, 18 April 2014

Budidaya Gambir di Lahan Kritis Pakpak Bharat


REHABILITASI LAHAN KERING KRITIS UNTUK BUDIDAYA GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Oleh: Abdul Rauf1) dan Rahmawaty2)
1)Staf Pengajar PS.Agroekoteknologi, dan 2)Staf Pengajar PS.Kehutanan Fakultas Pertanian USU

ABSTRAK
Kajian untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi tanaman gambir yang dibudidayakan di lahan kering kritis bervegetasi alang-alang di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat telah dilakukan pada Januari hingga Oktober 2013. Kajian dengan metoda deskriptif ini dimaksudkan untuk mengevaluasi sejauhmana perkembangan pertumbuhan tanaman gambir di lokasi kajian hubungannya dengan status hara dan sifat kimia tanah lainnya pada tiga unit lahan, yaitu bagian puncak bukit, bagian punggung lereng dan bagian lembah/bawah lereng. Contoh tanah masing-masing diambil sebanyak 12 titik yang dikompositkan menjadi 4 kelompok (sebagai ulangan) dengan kedalaman pengambilan 0-20 cm dan 40-60 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar C-organik tanahnya sedang hingga tinggi dengan ratio C/N yang rendah hingga sedang sehingga tidak/belum perlu dilakukan pemberian pupuk organik (kompos/pupuk kandang). Pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah belum/tidak perlu dilakukan karena pH tanahnya masih sesuai bagi pertumbuhan dan produksi gambir. Pemberian pupuk N dan K cukup setengah atau sepertiga dosis karena kadar hara N tanah tergolong sedang pada tanah lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah dan K yang dapat dipertukarkan yang tergolong sedang sampai tinggi pada lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah. Pemupukan P dan pemberian pupuk yang mengandung Ca dan Mg mutlak diperlukan karena kadar P-tersedia dan bahkan P-total serta kadar Ca dan Mg dapat dipertukarkan terolong sangat rendah. Pertumbuhan tanaman gambir lebih baik pada lahan bagian puncak dan lereng bukit dibandingkan dengan tanaman gambir yang ditanam pada bagian dasar lereng/lembah.
Kata kunci: Lahan kering kritis, Gambir, unsur hara dan sifat kimia tanah

PENDAHULUAN
            Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas tanaman industri yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta prospek yang baik bagi petani maupun pemasok devisa negara. Di Indonesia, gambir hingga dekade sebelum ini umum digunakan sebagai komponen untuk menyirih, yang dalam perkembangannya, gambir telah banyak pula digunakan untuk campuran obat, seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan, sakit kulit (dibalurkan), membantu kelancaran proses pencernaan di lambung dan usus, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil. Saat ini, gambir telah dikembangkan penggunaannya sebagai bahan baku utama perekat kayu lapis dan papan partikel, selain telah pula dibuat sebagai bahan teh celup dan minuman segar, seperti jus Birnas (campuran Gambir dan Nenas), dan lain-lain.
Daerah penghasil utama Gambir di Indonesia adalah Sumatera Bagian Tengah dan Selatan, dan umumnya dikenal berasal dari Sumatera Barat, terutama dari Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Gambir umumnya dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan laut dengan topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semi intensif, jarang diberi pupuk, tetapi pembersihan dan pemangkasan tetap dilakukan.
Di daerah-daerah sentra produksi gambir, penanaman pada umumnya dilakukan pada lahan yang bergelombang sampai berbukit dengan pengelolaan yang sangat sederhana. Penampilan tanaman pada suatu hamparan yang tidak seragam, ada yang sudah berumur lanjut sekitar 50 tahun dan ada pula yang baru ditanam, serta morfologi tanaman yang berbentuk perdu dan sedikit merambat dengan tegakan permanen, karena hanya bagian pucuk yang dipanen, gambir dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi. Dengan jarak dan barisan tanam yang diatur sedemikian rupa dan mengikuti garis kontur dapat berperan sebagai pengendalian erosi dan limpasan permukaan yang pada gilirannya dapat berperan sebagai tanaman rehabilitasi.
Selain di Propinsi Sumatera Barat, gambir juga banyak dikembangkan di Sumatera Utara. Daerah penanaman/penghasil gambir di Sumatera Utara adalah Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Deli Serdang dan Kabupaten Pakpak Bharat. Di Kabupaten Pakpak Bharat gambir merupakan salah satu komoditi unggulan disamping nilam, kopi dan kemenyan. Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat sebagian besar atau bahkan hampir seluruhnya dikembangkan di lahan perbukitan dan lahan miring. Luas lahan perkebunan gambir di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2009, yang seluruhnya merupakan perkebunan rakyat, mencapai 700 hektar dengan produksi mencapai 400 ton per tahun.
Mulai Juli 2012 Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat telah membuka Perkebunan Inti Gambir seluas 100 hektar yang penanamannya dimulai Desember 2012 hingga Januari 2013, berlokasi di Desa Penanggalan Mbinangaboang Kecamatan Salak. Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat yang dipersiapkan menjadi salah satu Perusahaan Daerah di Kabupaten Pakpak Bharat, dibuka pada areal yang kritis (lahan terlantar) dengan vegetasi sebelumnya didominasi oleh alang-alang, dimaksudkan juga sebagai model usaha tani perkebunan untuk menjadi percontohan, baik dalam upaya merehabilitasi lahan kritis maupun dalam memodernisasi teknik budidaya dan pengelolaan pasca panen hingga ke industri hilir nantinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan cara deskriptif dengan pengamatan terhadap status hara dan sifat kimia tanah lainnya serta pertumbuhan tanaman gambir yang ditanam secara serentak di Kebun Inti Gambir UPT Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat di Desa Penanggalan Mbinangaboang Kecamatan Salak, sejak Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.
Lahan yang digunakan berupa lahan kering kritis seluas 100 hektar yang didominasi oleh vegetasi alang-alang (Imperata cylindrica) (Gambar 1) yang diolah minimum (minimum tillage) menggunakan traktor dan selanjutnya bibit ditanam dengan jarak tanam 2 x 2,5 meter dengan barisan tanaman sejajar kontur. Perawatan tanaman pada 3 bulan pertama sejak tanam dengan cara membersihkan gulma di sekitar pangkal batang melingkar membentuk piringan berjarak sekitar 15-20 cm dari pangkal batang. Setelah tanaman berusia 4 bulan dan seterusnya gulma di pangkal batang dan lahan sela dikendalikan dengan cara membabat menggunakan mesin babat dan membiarkan sisa tanaman (gulma) tetap berada di permukaan tanah menutupi tunggul gulma itu sendiri yang kemudian berfungsi sebagai mulsa. Pada tahap ini bagian pangkal batang tidak buat piringan lagi (dibersihkan) secara morfologi perkembangan akar rambut dari gambir menyebar di daerah permukaan di sekitar pangkal batang tersebut. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK (15:15:15) dan KCl dengan dosis masing-masing 100 gram dan 25 gram per pohon yang diaplikasikan satu hari setelah tanam. Kapur diberikan sebagai bahan amelioran yang diaplikasikan ke dalam lubang tanam (satu minggu sebelum penanaman) sebanyak 1 kg per lubang.
Evaluasi kesubran tanah melalui pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan pertama penanaman (Januari 2013). Sampel tanah yang diambil pada kedalaman 0-20 cm dan 40-60 cm untuk pengambilan bulan pertama (Januari) masing-masing diambil 12 titik pada bagian puncak bukit, 12 titik pada bagian lereng, dan 12 titik pada bagian bawah (lembah) lahan. Dari 12 titik pengambilan ini dikomposit menjadi 4 sampel tanah (sebagai ulangan) yang berarti setiap ulangan merupakan komposit dari 3 titik pengambilan.
Pengamatan dilakukan terhadap unsur hara tanah N, P, K, Ca, Mg, dan Na serta sifat kimia tanah lainnya yang terdiri dari C-organik, ratio C/N, Kejenuhan Basa (KB), Kapasitas Tukar Kation (KTK), pH dan kejenuhan Al. Pengamatan terhadap tanaman dilakukan terhadap tinggi tanaman dan menghitung jumlah cabang (pucuk) yang terbentuk sebagai gambaran produktivitas karena produksi tanaman gambir dengan memetik (memanen) bagian pucuknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Evaluasi Tingkat Kesuburan Tanah
Rataan hasil analisis hara dan sifat-sifat kimia contoh tanah dari lokasi kajian, pada pengambilan pertama (Januari 2013) disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa rataan pH tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat berkisar antara 5,12-5,53 di tanah lapisan atas dan 5,44-5,78 di tanah lapisan bawah. Kisaran pH tanah tanah seperti ini sudah sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman gambir sebagaimana disebutkan di dalam SOP Gambir yang diterbitkan oleh Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (2012).
Kadar Aluminium dapat dipertukarkan (Al-dd) pada tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat, tergolong rendah hingga sedang pada tanah lapisan atas dan sangat rendah pada tanah lapisan bawah (Tabel 1), yang berarti kelarutan Al ini berada pada tingkat yang tidak membahayakan (bukan penyebab toksik/penghambat) bagi pertumbuhan dan produksi tanaman gambir.
Tabel 1. Rataan hasil analisis sifat kimia dan hara N dan P tanah Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan pertama
Posisi dan Lapisan
Parameter
pH
Kej.Al (%)
C-org. (%)
N-total (%)
Ratio C/N
P-total (%)
P-av. (ppm)
Puncak
0-20 cm
5.53 (M)
10.87 (S)
2.86  (S)
0.25  (S)
11.84 (S)
0.014 (SR)
4.36 (SR)
40-60 cm
5.44 (M)
1.9 (SR)
2.17  (S)
0.15 (R)
14.44 (S)
0.012 (SR)
4.43 (SR)
Lereng
0-20 cm
5.12 (M)
9.23 (R)
2.89  (S)
0.38  (S)
7.41 (R)
0.014 (SR)
4.34 (SR)
40-60 cm
5.50 (M)
0.7 (SR)
2.18  (S)
0.16 (R)
13.78 (S)
0.013 (SR)
4.42 (SR)
Lembah
0-20 cm
5.44 (M)
9.26 (R)
3.19 (T)
0.28  (S)
9.42 (R)
0.023 (SR)
4.38 (SR)
40-60 cm
5.78 (AM)
1.3 (SR)
2.25  (S)
0.17 (R)
13.96 (S)
0.013 (SR)
4.45 (SR)
Keterangan: M =Masam; AM =Agak Masam; SR = Sangat Rendah; S = Sedang; R = Rendah;  (kriteria berdasarkan penilaian sifat tanah Balai Penelitian Tanah Bogor, 2005).
Dari Tabel 1 dapat pula diketahui bahwa kadar bahan organik tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat tergolong sedang hingga tinggi yang berarti cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman gambir sehingga pemberian pupuk organik/pupuk kandang untuk sementara ini tidak/belum perlu dilakukan. Nilai rasio C/N yang rendah hingga sedang menggambarkan bahwa mineralisasi bahan organik tanah (pembentukan humus) di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat ini sudah cukup baik.
Tabel 2. Rataan hasil analisis basa-basa tukar dan KTK tanah Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan pertama
Posisi dan Lapisan
Parameter
K-dd (me/100g)
Na (mg/100g)
Ca-dd (mg/100g)
Mg-dd (mg/100g)
KTK (mg/100g)
Kej.Basa (%)
Puncak
0-20 cm
0.477  (S)
0.407  (S)
0.571 (SR)
0.183 (SR)
18.08  (S)
9.12 (SR)
40-60 cm
0.150 (R)
0.094 (SR)
0.645 (SR)
0.088 (SR)
12.33 (R)
8.09 (SR)
Lereng
0-20 cm
0.520  (T)
0.391 (R)
0.584 (SR)
0.223 (SR)
23.20  (S)
7.60 (SR)
40-60 cm
0.112 (R)
0.277 (R)
0.554 (SR)
0.080 (SR)
13.48 (R)
7.74 (SR)
Lembah
0-20 cm
0.292 (R)
0.243 (R)
0.432 (SR)
0.135 (SR)
19.15 ((S)
6.073 (SR)
40-60 cm
0.101 (R)
0.166 (R)
0.506 (SR)
0.071 (SR)
13.70 (R)
6.34 (SR)
Keterangan: S = Sedang; T = Tinggi; R = Rendah; SR = Sangat Rendah (kriteria berdasarkan penilaian sifat tanah Balai Penelitian Tanah Bogor, 2005).
Demikian halnya dengan kadar nitrogen (N) yang tergolong sedang pada tanah lapisan atas dan rendah pada tanah lapisan bawah menggambarkan bahwa pemberian pupuk N (Urea atau ZA) cukup diberikan setengah dosis dari kebutuhan tanaman gambir atau bahkan bisa tidak dipupuk N secara tunggal (lebih baik berupa pupuk majemuk), paling tidak pada stadia tanaman belum menghasilkan.
Kadar hara P, baik P-total maupun P-tersedia tergolong sangat rendah, baik di lapisan atas maupun di lapisan bawah (Tabel 1). Hal ini menggambarkan bahwa pemupukan fosfat (P) sangat diperlukan untuk budidaya tanaman gambir di Kebun Inti Tanaman Gambir Kabupaten Pakpak Bharat ini.
Pemberian pupuk P ini harus optimal sesuai kebutuhan tanaman gambir jika menginginkan hasil yang baik. Pemberian pupuk SP36 sebanyak 60 gram per pohon per semester untuk tahun pertama dan 70 gram per pohon per tahun utuk tahun ke dua dan seterusnya sudah cukup baik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar basa-basa tukar (K, Na, Ca, dan Mg) pada tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat bervariasi dari rendah, sedang hingga tinggi untuk K di tanah lapisan atas, rendah hingga sangat rendah untuk Na, dan sangat rendah untuk Ca dan Mg. Sedangkan pada tanah lapisan bawah semua kadar basa-basa tukar ini tergolong rendah hingga sangat rendah. Berdasarkan kadar basa-basa tukar ini, maka pemupukan untuk memenuhi kadar basa tukar, tersebut, terutama Ca dan Mg yang juga merupakan unsur hara makro, maka dapat digunakan Dolomit dengan dosis optimumnya, sekitar 300-400 kg per hektar per tahun. Pemberian dolomit ini sekaligus dapat meningkatkan Kejenuhan Basa tanah yang tergolong sangat rendah, baik di tanah lapisan atas maupun di tanah lapisan bawahnya. KTK tanah yang tergolong sedang di lapisan atas menggambarkan tanah memiliki tanggap (respon) yang baik terhadap pemupukan yang mengandung bahan-bahan dari golongan senyawa basa (kation).
Sementara untuk memenuhi kebutuhan Kaliaum (K) tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan dengan pemberian pupuk KCl (MOP) sebanyak 3 gram per pohon per semester pada tahun pertama dan 5 gram per pohon per tahun pada tahun kedua dan seterusnya sudah cukup baik dalam mendukung pertumbuhan dan produksi gambir optimal di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat.
2.    Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Gambir
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat sangat baik, dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan tanaman tersebut pada selang waktu 4-5 bulan, meskipun hingga pengamatan bulan Oktober 2013 masih terdapat tanaman dengan pertumbuhan yang belum seragam. Pertumbuhan tanaman gambir di lokasi ini dapat diklassifikasikan ke dalam kelompok tanaman jagur/tumbuh subur, tanaman dengan pertumbuhan sedang, dan tanaman yang pertumbuhannya kurang/tidak subur, yang dapat dilihat dari indikator tinggi tanaman dan jumlah cabang, sebagaimana disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa tinggi tanaman rata-rata tertinggi didapat pada tanaman yang berada di bagian puncak bukit, diikuti kemudian di bagian lereng dan terendah pada tanaman yang tumbuh di bagian lembah/bawah lereng.
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman gambir (cm) di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan tanggal 18 Juni 2013
Tingkat Pertumbuhan Tanaman
Posisi Lahan
Rataan
Puncak
Lereng
Lembah
Tanaman Jagur/Subur
73,05
70,80
62,85
68,90
Tanaman Sedang
44,00
48,10
45,10
45,73
Tanaman Tidak Jagur
30,90
28,90
28,45
29,42
Rataan
49,32
49,27
45,47
48,02

Pertumbuhan tanaman yang cukup mencolok perbedaannya (lebih dari 2,3 kali untuk tinggi tanaman dan lebih dari 3 kali untuk jumlah cabang) antara tanaman yang jagur dengan tanaman yang tidak jagur (Tabel 3 dan Tabel 4), menggambarkan pertumbuhan tanaman gambir di lokasi kajian tidak seragam akibat perbedaan tingkat kesuburan tanah, terutama kesuburan fisik tanahnya (kegemburan dan kelembaban).

Tabel 4. Rataan jumlah cabang tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan tanggal 18 Juni 2013
Tingkat Pertumbuhan Tanaman
Posisi Lahan
Rataan
Puncak
Lereng
Lembah
Tanaman Jagur/Subur
7,43
7,50
6,20
7,04
Tanaman Sedang
6,30
4,27
3,30
4,62
Tanaman Tidak Jagur
1,83
1,97
2,20
2,00
Rataan
5,19
4,58
3,90
4,56

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa rerata jumlah pucuk tanaman gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat pada pengamatan Oktober 2013 berkisar antara 2,00 cabang (pada tanaman yang tumbuh kurang/tidak subur/jagur) hingga 7,04 cabang (pada tanaman yang tumbuh jagur/subur). Sementara tanaman yang tumbuh di bagian puncak lereng memiliki rerata jumlah cabang yang lebih banyak (5,19 cabang), dibandingkan pada lereng lahan (4,58 cabang) dan pada lahan lembah/cekungan yang reratanya hanya 3,9 cabang.
Lebih rendahnya pertumbuhan tanaman gambir pada bagian bawah lereng, baik tinggi tanamn maupun jumlah cabang (Tabel 3 dan 4), membuktikan bahwa pohon gambir lebih menghendaki tanah dengan kondisi kegemburan yang tinggi dibandingkan pada tanah dengan kegemburan rendah disertai kelembaban tanah yang tinggi. Seperti diketahui bahwa pada lahan puncak dan punggung lereng, tanahnya lebih gembur karena fraksi halus (liat dan bahan organik) dari tanahnya tererosi ke lapisan bawah/lembah (proses selektifitas erosi) yang menyebabkan tanah di bagian puncak dan lereng tersebut menjadi lebih gembur, dan taanah di di bagian lembah/bawah lereng menjadi lebih padat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.    Pemupukan organik (kompos atau pupuk kandang) belum perlu dilakukan pada budidaya Gambir di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat karena kadar C-organik tanahnya yang sedang hingga tinggi dengan ratio C/N yang rendah hingga sedang (mineralisasi cukup baik).
2.    Pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat belum/tidak perlu dilakukan pada tahun pertama karena pH tanahnya masih sesuai bagi pertumbuhan dan produksi gambir.
3.    Pemberian pupuk N dan K pada tanaman gambir di Kebun Inti Tanaman Gambir Kabupaten Pakpak Bharat dapat dikurangi setengah atau sepertiga dosis karena kadar hara N yang tergolong sedang pada tanah lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah dan K yang dapat dipertukarkan yang tergolong sedang sampai tinggi pada lapisan atas dan rendah pada lapisan bawah.
4.    Pemupukan P dan pemberian pupuk yang mengandung Ca dan Mg mutlak diperlukan karena kadar P-tersedia (dan bahkan P-total) dan kadar Ca dan Mg dapat dipertukarkan terolong sangat rendah.
5.    Pertumbuhan tanaman gambir lebih baik pada lahan bagian puncak dan lereng bukit dibandingkan dengan tanaman gambir yang ditanam pada bagian dasar lereng/lembah.
Saran
1.    Guna mempertahankan kadar bahan organik dan pH tanah yang menjadi faktor kunci dalam budidaya tanaman, termasuk tanaman gambir ini, maka budidaya gambir dengan menerapkan teknik konservasi tanah dan air mutlak diperlukan. Tindakan koservasi tanah dan air ini juga untuk mencegah/mengendalikan erosi karena tanaman gambir yang tumbuh di bagian bawah lereng/lembah kurang baik akibat sedimentasi yang tinggi dari erosi di lahan bagian atasnya. Penanaman sejajar kontur dan pembersihan gulma dengan cara membabat menggunakan mesin babat (tidak dikoret/dicabut) dan serasahnya dibiarkan sebagai mulsa di permukaan tanah merupakan tindakan konservasi tanah dan air yang efektif di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat.
2.    Pemupukan N cukup dilakukan dengan pemberian pupuk majemuk sebanyak 5 gram per pohon per semester pada tahun pertama penanaman dan 8-10 gram per pohon per tanaman pada tahun kedua dan seterusnya.
3.    Pemupukan K dapat dilakukan dengan pemberian KCl (MOP) dengan dosis 3 gram per pohon per semester pada tahun pertama dan 5 gram per pohon per tahun pada tahun kedua dan seterusnya.
4.    Pemupukan P harus dilakukan dengan dosis optimum sebanyak sebanyak 60 gram per pohon per semester untuk tahun pertama dan 70 gram per pohon per tahun utuk tahun ke dua dan seterusnya.
5.    Untuk memenuhi kebutuhan Ca dan Mg serta meningkatkan kejenuhan basa tanah di Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilakukan pemupukan Dolomit dengan dosis 300-400 kg per hektar per tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, H, E. 2011. Pengembangan Agroindustri Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, 2012. S.O.P Gambir. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Balai Penelitian Tanah, 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat, 2013. Petunjuk Pelaksanaan dan Perawatan Kebun Inti Gambir Kabupaten Pakpak Bharat Tahun Anggaran 2013. Bahan Paparan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.

Isnawati, A. Raini, M. Sampurno, O, D. Mutiatikum, Widowati, L. Gitawati, R. 2012. Karakteristik Tiga Jenis Gambir (Unaria gambir Roxb)dari Sumatera Barat. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 40, No. 4, 2012: 201 – 208.

1 komentar:

  1. Selamat Pagi Pak, Mohon Ijin Pak, Penelitian bapak kami masukkan ke website dinas pertanian dan Ketahanan Pangan. Terima Kasih

    BalasHapus